Adab Menasehati di Dalam Islam

24 Mar 2020

Sebagai seorang muslim Anda diwajibkan untuk saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan. Namun sebagai muslim Anda juga harus memenuhi adab-adab dalam menasehati. Tanpa adab tidak akan ada orang yang mau mendengarkan nasehat Anda apalagi jika cara penyampaian tidak masuk ke dalam hati. Dalam artikel ini Anda dapat menerapkan beberapa adab yang dapat diterapkan disaat menasehati seseorang.

1. Gunakan Kata-Kata yang Baik

            Sebagai seseorang yang akan memberi nasehat, Anda hendaknya menggunakan kata-kata yang baik, penuh kelembutan dan hikmah. Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS  diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmanNya :

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (QS. Thaha: 44).

            Padahal saat itu Fir’aun dengan jelas mengatakan “Aku adalah Tuhan kalian yang Maha Tinggi”. Namun Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS tetap diperintahkan untuk menasehati Fir’aun dengan kata-kata yang baik serta lemah lembut.

            Selain itu adapula hadits yang melarang Anda untuk menggunakan kata-kata yang tidak baik. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ليسَ المؤمنُ بالطَّعَّانِ ولا اللَّعَّانِ ولا الفاحِشِ ولا البذَيُّ

            “Seorang Mukmin bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka bicara kotor dan suka bicara jorok” (HR. Tirmidzi no.1977, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.320).

 

2. Menasehati Secara Diam-Diam

            Sebagai seorang muslim Anda diharapkan untuk dapat membedakan antara memberikan nasehat atau malah mempermalukan seseorang. Dalam memberikan nasehat Anda  diharapkan untuk menasehati secara diam-diam dan tidak didengar oleh orang lain.

            Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan,

“Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44).

 

3. Jangan Memaksa dalam Menasehati

            Jika Anda sedang menasehati seseorang, jangan pernah memaksa orang-orang tersebut menerima nasehat Anda secara langsung. Dalam memberikan nasehat diperlukan hati yang lapang bila nasehat yang telah diucapkan ternyata tidak diindahkan oleh orang tersebut. Imam Malik memberikan nasehat seperti dibawah ini :

 

الهيثم بن جميل: قلت لمالك ابن انس: الرجل يكون عالما بالسنة أيجادل عنها؟ قال: لا .. ولكن يُخبِر بالسنة فإن قُبِلتْ منه وإلا سكت

 

Al Haitsam bin Jamil mengatakan, saya pernah berkata kepada Imam Malik bin Anas: “seseorang yang alim (berilmu) terhadap sunnah Nabi, apakah boleh ia berdebat tentang As Sunnah?”. Imam Malik menjawab: “Jangan! Namun sampaikanlah tentang As Sunnah. Jika diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima, ya sudah diam saja” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/94).

            Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan :

“Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim…” (Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 44).

 

4.         Jangan Suuzhan (Buruk Sangka)

            Dalam memberi nasehat Anda tidak diperbolehkan memberi nasehat karena didasari oleh prasangkan buruk. Allah SWT berfirman :

اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12).

            Anda diharapkan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan baik bagi seseorang yang Anda nasehati. . Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث

            “jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari no.5143, Muslim no. 2563).

 

5.         Nasehati Dengan Penuh Kasih Sayang

            Sebagai seorang muslim Anda perlu mencintai saudara seagama Anda sebagaimana Anda mencintai diri Anda sendiri. Dalam menasehati sesama muslim tentu Anda perlu mengucapkan dengan kata-kata yang baik, hati yang tulus, serta juga dengan kasih sayang seperti orang tersebut ingin diperlakukan, tanpa dihina dan direndahkan. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

            “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

 

Beberapa tips tersebut merupakan cara untuk menasehati orang lain. Tips tersebut bertujuan agar niat baik kita dapat tersampaikan dan mengindari dosa yang dapat membuat orang lain tersinggung akibat nasehat yang kita sampaikan.

Wallahualam.