Bersyukur Atau Kufur Nikmat: Menelaah Kehidupan Dengan Hati Yang Syukur

24 Nov 2023

Kehidupan ini adalah perjalanan yang penuh liku-liku, ujian, dan anugerah. Setiap individu dihadapkan pada pilihan penting: apakah kita memilih untuk bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah, ataukah kita terjerumus dalam kekufuran yang berujung pada pencabutan nikmat tersebut?

Bersyukur: Kunci untuk Memperoleh Lebih Banyak

Allah SWT telah menjanjikan dalam Al-Qur'an bahwa "Jika kalian bersyukur, pasti Aku tambahkan (nikmat) untuk kalian" (Q.S. Ibrahim [14]:7). Bersyukur bukan hanya ungkapan lisan, melainkan suatu sikap hati yang tercermin dalam tindakan sehari-hari. Saat kita bersyukur, kita mengakui keberlimpahan nikmat yang telah diberikan, dan dengan rendah hati menerima bahwa semuanya berasal dari Allah.

Bersyukur membuka pintu untuk menerima lebih banyak berkah. Dengan hati yang syukur, kita menjadi lebih peka terhadap nikmat kecil yang sering terlupakan. Kebersyukuran adalah kunci untuk membuka pintu rezeki yang lebih besar, bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal kebahagiaan, kedamaian, dan keberkahan hidup.

Kufur Nikmat: Bahaya Melupakan Asal-usul Anugerah

Di sisi lain, kekufuran nikmat adalah perilaku yang membahayakan. Allah SWT juga memperingatkan, "Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku tambahkan (nikmat) untuk kalian; tetapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (Q.S. Ibrahim [14]:7). Ketika kita melupakan asal-usul nikmat yang kita nikmati, kita berpotensi kehilangannya.

Kufur nikmat bukan hanya tentang ungkapan ketidakpuasan, tetapi lebih pada sikap hati yang mengabaikan kontribusi Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Ketika seseorang menganggap bahwa segala sesuatunya adalah hasil usahanya sendiri, tanpa mengakui peran Allah dalam memberikan nikmat, hal ini dapat mengundang azab-Nya.

Menjaga Keseimbangan: Bersyukur dalam Kesusahan dan Kebahagiaan

Bersyukur bukanlah tugas yang mudah terutama dalam situasi sulit. Namun, kebenaran yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan ini penuh ujian dan cobaan. Menerima nikmat dengan bersyukur dan tetap bersyukur dalam kesulitan adalah bentuk ketaqwaan yang tinggi.

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya Aku bersamamu, maka teguhkanlah kepercayaan orang yang beriman kepada-Ku dan bersyukurlah.'" (Q.S. Hud [11]:51). Ketaqwaan dan bersyukur adalah kunci untuk tetap teguh dalam menghadapi cobaan hidup.

Kesimpulan

Pilihan antara bersyukur dan kufur nikmat bukanlah sekadar perbandingan, melainkan merupakan hakikat kehidupan. Dalam setiap langkah, kita dihadapkan pada pilihan untuk melihat dan mengakui nikmat yang diberikan Allah atau merendahkan diri dengan merasa bahwa segala sesuatunya adalah hasil usaha kita sendiri.

Dengan bersyukur, kita membuka pintu keberlimpahan dan keberkahan. Dengan kufur nikmat, kita membuka pintu kepedihan dan kehilangan. Oleh karena itu, mari kita tanamkan sikap hati yang syukur, tidak hanya saat senang dan sejahtera, tetapi juga saat sedang diuji. Dengan begitu, kita dapat merasakan nikmat Allah yang terus mengalir, sekaligus menghindari risiko pencabutan anugerah-Nya karena sikap hati yang kufur.