Kisah Bilal bin Rabah dan Seruan Pertama Adzan

29 Aug 2025

Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang kisah hidupnya menjadi simbol keteguhan iman dan kemuliaan Islam. Dari seorang budak berkulit hitam yang disiksa karena memeluk Islam, Allah memuliakannya sebagai muadzin pertama dalam sejarah. Suaranya yang lantang dan merdu menggema mengajak kaum Muslimin menuju shalat, panggilan yang hingga kini terus berkumandang di seluruh penjuru dunia.

1. Latar Belakang Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah lahir di Makkah sekitar tahun 580 M. Ibunya bernama Hamamah, seorang budak dari Habasyah (Ethiopia), sedangkan ayahnya juga berasal dari negeri yang sama. Sejak kecil, Bilal tumbuh dalam status sebagai hamba sahaya, hingga akhirnya dimiliki oleh seorang tokoh Quraisy bernama Umayyah bin Khalaf.

Meskipun hidup dalam tekanan, Bilal dikenal memiliki suara yang indah, lantang, dan menyentuh hati. Kelak, inilah karunia Allah yang membuatnya terpilih untuk tugas mulia: menyerukan adzan pertama kali.

2. Bilal dan Ujian Iman di Masa Awal Islam

a. Masuk Islam

Bilal termasuk golongan pertama yang menerima dakwah Rasulullah SAW. Ia beriman kepada Allah Yang Maha Esa, meskipun harus menyembunyikan keislamannya dari tuannya yang kejam.

b. Penyiksaan Umayyah bin Khalaf

Ketika keislamannya diketahui, Bilal disiksa dengan kejam. Tubuhnya ditelentangkan di padang pasir yang membara, dadanya ditindih batu besar, dan dipaksa untuk kembali menyembah berhala. Namun Bilal tetap teguh dan hanya mengucapkan:

“Ahad, Ahad” (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).

Kalimat itu menjadi bukti kekokohan tauhidnya yang tak tergoyahkan.

c. Pembebasan oleh Abu Bakar

Melihat penderitaan Bilal, Abu Bakar Ash-Shiddiq membeli dan memerdekannya dengan harta pribadinya. Sejak saat itu, Bilal bebas dari perbudakan dan menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW.

3. Seruan Pertama Adzan

a. Kebutuhan Penyeru Shalat

Setelah hijrah ke Madinah, kaum Muslimin membangun masjid. Namun, mereka masih bingung bagaimana cara memanggil jamaah untuk shalat. Ada yang mengusulkan lonceng seperti Nasrani, atau terompet seperti Yahudi. Rasulullah SAW tidak menyetujui cara itu.

b. Mimpi Abdullah bin Zaid

Seorang sahabat bernama Abdullah bin Zaid bermimpi mendengar lafaz adzan yang diajarkan oleh malaikat. Ia menceritakan mimpinya kepada Rasulullah SAW, dan Nabi membenarkannya sebagai petunjuk dari Allah.

c. Bilal Dipilih sebagai Muadzin Pertama

Rasulullah SAW kemudian memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan, karena suaranya yang merdu dan menyentuh hati. Sejak saat itu, Bilal resmi menjadi muadzin pertama dalam Islam. Suara lantangnya menggema di Madinah, menyeru umat Islam untuk menunaikan shalat berjamaah.

4. Kedudukan Bilal di Sisi Rasulullah

  • Pendamping setia Nabi – Bilal selalu bersama Rasulullah dalam perjalanan dan peperangan, termasuk di Badar, Uhud, dan Khandaq.

  • Penghuni surga yang dijanjikan – Rasulullah pernah bersabda bahwa beliau mendengar langkah kaki Bilal di surga, karena amal shalat sunnahnya yang istiqamah.

  • Sahabat yang mulia – Meskipun dulunya seorang budak, Bilal dimuliakan oleh Allah hingga derajatnya tinggi di sisi umat Islam.

5. Hikmah dari Kisah Bilal bin Rabah

Dari kisah perjuangan Bilal, terdapat banyak pelajaran berharga:

  1. Keteguhan iman – Bilal menunjukkan betapa kuatnya seorang Muslim menjaga tauhid meski disiksa.

  2. Keadilan Islam – Islam memuliakan manusia bukan karena harta atau status, tetapi karena iman dan takwa.

  3. Pengorbanan dalam dakwah – Bilal rela menderita demi mempertahankan keyakinannya.

  4. Makna adzan – Adzan bukan sekadar seruan shalat, tetapi panggilan menuju ketaatan kepada Allah.

6. Action Plan: Meneladani Bilal bin Rabah

  • Menjaga tauhid dengan selalu mengingat kalimat Laa ilaha illallah.

  • Menghormati adzan dengan segera memenuhi panggilan shalat.

  • Berani berpegang pada iman, meski menghadapi tantangan hidup.

  • Menghargai sesama manusia tanpa memandang status sosial.

Bilal bin Rabah adalah teladan keteguhan iman, kesabaran, dan pengorbanan di jalan Allah. Dari seorang budak yang disiksa karena keimanannya, ia dimuliakan Allah sebagai muadzin pertama yang suaranya menggema hingga kini. Seruan adzan Bilal bukan hanya panggilan menuju shalat, tetapi juga simbol kemenangan iman atas penindasan.

 

Kisah Bilal mengingatkan kita bahwa kemuliaan sejati tidak ditentukan oleh kedudukan atau harta, melainkan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.