Mengenal pertenunan Sarung BHS

04 Jul 2019

Seperti yang kita tahu bahwa Sarung BHS adalah Sarung Tenun yang ditenun menggunakan Tenun Tangan atau yang biasa dikenal dengan pertenunan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), Sebelum dilakukan proses penenunan sarung, ada beberapa proses yang dilakukan yang biasa disebut dengan proses persiapan, antara lain penyiapan beam pakan dan penyiapan benang lusi, ada lagi persiapan cucuk untuk menata motif sarung yang dikehendaki. Secara umum proses pembuatan sarung BHS terbagi menjadi tahap yaitu : tahap pengeloasan, pemedangan, penggambaran skestsa, pewarnaan sketsa, pengikatan benang, pewarnaan benang, penenunan, finishing, penjemuran dan pengemasan.

Adapun Sarung BHS yang ditenun tangan adalah Sarung BHS kelas Masterpiece, Signature dan Royal, motif sarung dihasilkan dari kombinasi benang lusi dan pakan yang ditenun dan kemudian menghasilkan motif yang unik dan membentuk pola berulang dalam sebuah sarung. Waktu yang diperlukan untuk penenunan tergantung motifnya, semakin rumit maka waktu tenunnya juga akan semakin lama, Tetapi dengan keindahan motif yang dihasilkan sangat value for money.

Menenun  sarung membutuhkan keahlian yang tidak instan sehingga dibutuhkan latihan yang terus menerus, membutuhkan kesabaran karena menenun heai demi helai sarung yang jumlahnnya cukup banyak dengan kepadatan tenunan tertentu, menenun juga membutuhkan ketelitian karena ada panduan tiap helainya supaya terbentuk motif yang indah dan sesuai dengan desain yang diinginkan. Itulaah mengapa Sarung BHS mengusung tema Sarung Tenun Tangan sebagai lambang keunggulan mutu, karena yang dihasilkan bukan hannya sekedar sarung tapi lebih kepada sebuah karya seni bernilai tinggi.

Kali ini kita akan mengulas dapur internal Sarung BHS dalam mengelola peretenunannya, Kami berkesempatan untuk mengunjungi salah satu sentra lokasi tenun Sarung BHS di daerah Pulo Pancikan Gresik, disini terdapat puluhan penenun yang tengah beraktifitas menenun sarung, Mereka sudah menekuni proses penenun ini puluhan tahun, bahkan ada yang sudah lebih dari 30 tahun, sangat menarik menggali lebih lanjut tentang para penenun yang sudah berkarya lama di pertenunan BHS, bahkan tak jarang akhirnya mereka membangun rumah tangga bersama dengan penenun lainnya. Kebanyakan penenunan ini berasal dari penduduk sekitar sentra tenun.

Mengapa mereka betah menenun di BHS, salah satunya adalah karena flexibilitas waktu yang diberikan kepada para penenun, mereka mendapatkan penghasilan berdasarkan performance tenun mereka, dipagi hari para penenun baru memulai aktifitas di sentra tenun setelah mereka menyiapkan sarapan untuk keluarganya atau setelah mereka mengantar anaknya ke sekolah, disiang hari pun mereka akan izin sementara untuk menjemput anaknya dari sekolah dan menyiapkan makan siang untuk keluarga setelah itu kembali lagi ke lokasi sentra tenun untuk melanjutkan aktifitas sampai sore hari, terkadang anaknya juga diajak bermain di lokasi sentra tenun, supaya orang tua lebih leluasa untuk mengawasinya.

Selain kebebasan waktu dan penghasilan yang bisa didapat kadang bisa diatas UMK berdasarakan kinerja mereka, bahkan salah satu penenun di Pulo Pancikan bisa menyekolahkan anaknya sampai level magister (S2), Para penenun mengaku jika bekerja di pertenunan Sarung BHS merupakan kebanggaan tersendiri, Karena BHS selalu menjaga mutu dan kualitas yang cukup ketat, pemeriksaan sarungnya melalui beberapa tahapan dan jika ada ketidaksesuaian produksi akan langsung bisa diketahui.

Pertenunan BHS sendiri tersebar di beberapa titik di Jawa Timur mulai dari Gresik, Lamongan, Jombang, Madiun, Ngawi dan Kediri, di BHS dikenal dengan sentra tenun/plasma. Para penenun itu sebelumnya memang tidak punya keahlian menenun, mereka dilatih selama periode tertentu oleh instruktur dari BHS sampai mereka mahir dan bisa mengerjakan motif tenun yang sudah didesain oleh desainer Sarung BHS. Pada awal menenun biasanya mereka menenun motif-motif sederhana seperti kotak-kotak, setelah mahir mereka akan beralih ke motif-motif dobby atau ceplok dan jika sudah sangat mahir akan menenun motif-motif songket yang rumit, perbedaan kemampuan tenun ini juga berpengaruh secara langsung terhadap pemasukan yang mereka dapatkan.

Pembuatan sentra selain bertujuan untuk mensupplay product berupa Sarung BHS juga merupakan CSR dari perusahaan untuk lingkungan sekitar, secara langsung perusahaan memberikan keahlian berupa pelatihan, memberikan bahan untuk diproduksi, melakukan kontrol kualitas dan dari hasil tenun akan dibeli oleh perusahaan.

Issue yang dihadapai saat ini adalah kurangnya minat masyarakat disekitar sentra tenun untuk menjadi penenun, banyak tenaga kerja muda yang lebih memilih untuk bekerja menjadi buruh pabrik atau profesi lainnya yang dirasa lebih mudah tetapi mempunyai penghasilan tetap.  di beberapa tempat sentra jumlah penenun mengalami penurunan secara signifikan, hal ini tentu harus menjadi perhatian khusus, tapi disisi lain juga membuka peluang untuk perusahaan membuka pelatihan di lembaga/lembaga latihan kerja dengan menggandeng beberapa Lembaga sosial masyarakat.

Saat ini Behaestex tengah menjajagi peluang untuk bekerja sama dengan lembaga pemerintahan desa, lembaga sosial dan keagamaan di wilayah Jawa Timur untuk menjajagi kemungkinan membuka sentra baru untuk melatih ahli-ahli tenun baru unntuk dilatih dan diberikan keterampilan supaya meningkan perekonomian dan kesejahteraannnya.  Bhakan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan pelatihan kepada para narapidana di lembaga pemasyarakatan untuk dikembangan keahliannya supaya ketika mereka nantinya kembali ke masyarakat memiliki keahlian dan penghasilan serta tidak berbuat kriminal kembali.

Behaestex terus berkomitmen untuk menghadirkan produk yang berkualitas dan memperdayakan masyarakat sekitar untuk bersama meraih kesejahteraan dan peningkatan ekonomi, sehingga disetiap helai Sarung BHS terdapat ribuan tangan-tangan yang terus mendoakan kebaikan untuk mereka dan perusahaan