Menjadi Muslim yang Bijak dalam Menyampaikan Ilmu

06 Oct 2025

Dalam ajaran Islam, menyampaikan ilmu bukan hanya sebuah pilihan, melainkan sebuah amanah. Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir bahkan setelah seseorang meninggal dunia. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya tidak hanya memiliki ilmu, tetapi juga bijak dalam cara menyampaikannya agar ilmu tersebut benar-benar menjadi cahaya bagi orang lain.

1. Pentingnya Niat yang Lurus dalam Menyampaikan Ilmu

Langkah pertama dalam menyampaikan ilmu adalah meluruskan niat. Seorang Muslim tidak boleh menyampaikan ilmu hanya untuk mencari pujian, ketenaran, atau keuntungan pribadi. Niat yang benar adalah karena Allah, agar ilmu tersebut menjadi jalan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dengan niat yang tulus, penyampaian ilmu akan terasa lebih ikhlas dan menyentuh hati penerimanya.

2. Menyampaikan Ilmu Sesuai dengan Kemampuan

Islam mengajarkan agar seorang Muslim menyampaikan ilmu sesuai dengan kadar pemahamannya. Sebagaimana sabda Muhammad: “Sampaikanlah dariku walau satu ayat.” Ini menunjukkan bahwa sekecil apa pun ilmu yang dimiliki, boleh dan dianjurkan untuk disampaikan. Namun, penting untuk tidak melebihi batas kemampuan atau menyampaikan sesuatu yang belum benar-benar dikuasai. Hal ini untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman.

3. Menyesuaikan Cara Penyampaian dengan Audiens

Kebijaksanaan seorang penyampai ilmu terlihat dari kemampuannya menyesuaikan cara berbicara dengan siapa ia berbicara. Kepada anak-anak, penyampaian ilmu tentu berbeda dengan kepada orang dewasa. Kepada orang awam tentu berbeda dengan para ahli. Islam mengajarkan untuk menyampaikan dengan lemah lembut, penuh kasih, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

4. Menjadi Teladan dalam Perbuatan

Ilmu tidak hanya disampaikan lewat lisan, tapi juga lewat perbuatan. Orang yang menyampaikan ilmu agama, misalnya, harus terlebih dahulu mengamalkan apa yang ia sampaikan. Hal ini akan memperkuat kredibilitasnya dan membuat pesan yang ia sampaikan lebih mudah diterima. Keteladanan adalah bentuk dakwah yang paling kuat.

5. Menjaga Adab dan Etika dalam Berdiskusi

Ketika menyampaikan ilmu, tidak jarang terjadi perbedaan pendapat. Dalam kondisi seperti ini, seorang Muslim yang bijak tidak terburu-buru menyalahkan orang lain. Ia akan menghargai perbedaan, berdiskusi dengan tenang, dan tetap menjaga adab. Islam sangat menjunjung tinggi akhlak dalam berdialog.

6. Menyampaikan Ilmu dengan Penuh Kasih Sayang

Ilmu akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan hati yang penuh kasih sayang. Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang lembut dalam mengajarkan agama. Beliau tidak pernah memaksakan kehendak, tetapi memberi pemahaman dengan penuh kesabaran. Gaya penyampaian yang penuh empati akan membuka hati banyak orang.

 

Menjadi Muslim yang bijak dalam menyampaikan ilmu adalah sebuah tanggung jawab besar. Ilmu bukan sekadar informasi, tetapi cahaya yang menerangi kehidupan. Dengan niat yang ikhlas, penyampaian yang tepat, dan keteladanan yang nyata, ilmu dapat menjadi sarana untuk menebarkan kebaikan dan menumbuhkan keberkahan. Jadilah Muslim yang tidak hanya berilmu, tetapi juga mampu menebarkan ilmu dengan kebijaksanaan dan kasih sayang.