Sejarah Masjid Nabawi sebagai Pusat Dakwah

1. Awal Berdirinya Masjid Nabawi
Masjid Nabawi merupakan salah satu masjid paling bersejarah dan mulia dalam Islam. Masjid ini dibangun oleh Nabi Muhammad ﷺ pada tahun 622 M, sesaat setelah beliau hijrah dari Mekah ke Madinah. Saat itu, lokasi masjid merupakan tanah milik dua anak yatim dari Bani Najjar yang kemudian dibeli oleh Rasulullah untuk dijadikan tempat ibadah dan pusat dakwah Islam.
Dengan gotong royong bersama para sahabat, Rasulullah ﷺ turut membangun masjid tersebut secara langsung. Struktur awal masjid sangat sederhana—dinding dari batu bata tanah liat, atap dari pelepah kurma, serta tiang penopang dari batang pohon kurma. Meski sederhana, masjid ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat besar.
2. Fungsi Masjid Nabawi di Masa Rasulullah
Sejak awal berdirinya, Masjid Nabawi bukan hanya menjadi tempat shalat, tetapi juga pusat segala aktivitas umat Islam. Di sinilah Rasulullah ﷺ menyampaikan wahyu, berdakwah, membimbing para sahabat, dan mengajarkan nilai-nilai Islam. Masjid Nabawi memiliki beberapa fungsi utama:
Tempat ibadah: Menjadi tempat shalat berjamaah dan qiyamullail para sahabat.
Pusat pendidikan: Rasulullah ﷺ mengajarkan ilmu agama kepada para sahabat. Banyak sahabat yang menghafal Al-Qur’an dan mempelajari sunnah di sini.
Pusat musyawarah: Berbagai urusan sosial, politik, dan kemasyarakatan dibahas di masjid ini.
Pusat dakwah: Dari sinilah Islam menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Masjid Nabawi menjadi jantung kehidupan kaum muslimin di Madinah.
3. Masjid Nabawi sebagai Pusat Dakwah Islam
Dakwah Islam berkembang pesat melalui kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Masjid Nabawi. Rasulullah ﷺ menjadikan masjid ini sebagai tempat membina para sahabat agar menjadi da’i dan pemimpin yang tangguh. Dari sinilah lahir generasi sahabat yang menyebarkan Islam ke berbagai negeri.
Selain itu, masjid ini juga menjadi tempat menerima tamu dari berbagai suku dan bangsa. Rasulullah ﷺ sering berdialog dengan delegasi asing di Masjid Nabawi, menjelaskan ajaran Islam dengan hikmah dan kelembutan. Dengan cara ini, Islam berkembang tidak hanya melalui peperangan, tetapi juga melalui dakwah yang damai dan penuh kebijaksanaan.
4. Perkembangan Masjid Nabawi Sepanjang Sejarah
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, para khalifah melanjutkan pembangunan dan perluasan Masjid Nabawi. Pada masa Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan, masjid diperluas untuk menampung lebih banyak jamaah.
Perkembangan besar juga terjadi pada masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Utsmani, hingga era modern. Kini, Masjid Nabawi menjadi salah satu masjid terbesar di dunia dengan arsitektur megah, payung raksasa yang meneduhkan halaman masjid, serta fasilitas canggih untuk kenyamanan jamaah. Meskipun telah mengalami banyak perubahan fisik, nilai sejarah dan spiritualnya tetap abadi.
5. Keutamaan Masjid Nabawi
Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Shalat di masjidku ini lebih utama seribu kali daripada shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, di dalam Masjid Nabawi terdapat tempat yang sangat istimewa, yaitu Raudhah—area antara mimbar dan rumah Nabi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan ini menjadikan Masjid Nabawi sebagai salah satu tujuan utama umat Islam saat beribadah ke tanah suci.
6. Warisan Dakwah yang Abadi
Masjid Nabawi bukan sekadar bangunan megah, melainkan simbol sejarah kejayaan dakwah Islam. Dari tempat ini, Islam menyebar luas dengan dasar ilmu, ukhuwah, dan keteladanan Rasulullah ﷺ.
Sebagai muslim, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari peran Masjid Nabawi: pentingnya menjadikan masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat pembinaan umat dan penyebaran kebaikan.