Tidak Akan Mati Hati Orang Yang Menghidupkan Malam Idul Fitri, Hadist Asli atau Bukan?

04 Jun 2019

Bulan Ramadhan telah berlalu dan umat Muslim di seluruh penjuru dunia sedang menyambut hari kemerdekaan yakni hari raya Idul Fitri. Umat Muslim disunnahkan menyambut kedua hari raya Ied yakni Idul Fitri dan Idul Adha dengan memperbanyak doa dan takbir kepada Allah SWT. Kesunnahan untuk menghidupkan malam Idul Fitri tersebut menurut Imam nawawi dalam kitab Al-Adzkar ditetapkan dari hadist riwayat Imam Syafi’i dan Ibnu Majah yang diriwayatkan dari sahabat Abu Umamah berikut adalah arti dari hadist tersebut:

Barang siapa yang menghidupkan malam idul fitri, maka hatinya tidak akan mati di saat hati-hati manusia lain telah mati

Menurut Imam besar Nawawi, riwayat diatas merupakan hadist marfu mauquf.  Hadist marfu mauquf sendiri merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat, mulai dari perkataan, ketetapan dan tindakannya, banyak ulama hadist menyebut riwayat seperti ini sebagai atsar bukan hadist. Hadis marfu’ mauquf maksudnya yakni riwayat yang secara lafad dan bentuknya adalah mauquf akan tetapi menurut muhaqiq maknanya mengandung hukum hadis marfu.

Dalam kitabnya Taisir Musthalahul Hadist diterangkan bahwa hadist mauquf ada yang shahih, hasan dan dhaif. Pada dasarnya riwayat mauquf tidak bisa di jedikan sebuah landasan dalam menetapkan syariat, akan berbeda jika sanadnya atau turunannya shahih maka hadist mauquf bisa dijadikan penguat hadist dhaif karena para sahabat Rasulullah tidak akan melaksanakan kecuali hal-hal yang dianjurkan.semua hadist yang memiliki sanad shahih maka bisa dijadikan hujjah.

Apalagi jika ada riwayat yang menyebutkan secara substansi juga mendukung anjuran melaksanakan fadail amalan tersebut. Seperti yang Allah SWT abadikan di dalam Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 185 yang memiliki arti:

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan (puasa) nya dan hendaklah kamu bertakbir atau mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” QS Al-Baqarah 185.

ayat diatas secara tidak langsung mendukung anjuran memperbanyak doa dan takbir sejak malam berakhirnya ibadah puasa Ramadhan yakni malam Idul Fitri, yang dimana Rasulullah mencunnahkannya untuk memperbanyak takbir yang bertujuan untuk menghidupkan malam Idul Fitri.