Zakat yang Benar: Jangan Sampai Salah Niat

15 Jul 2025

Zakat adalah rukun Islam yang ketiga, sejajar pentingnya dengan shalat dan puasa. Ia bukan hanya kewajiban sosial, tapi ibadah yang sangat mulia di sisi Allah ï·». Namun, di balik nilai sosial dan spiritualnya, ada satu hal mendasar yang sering diabaikan oleh sebagian orang: niat yang benar saat menunaikan zakat.

Islam sangat menekankan niat dalam setiap ibadah. Tanpa niat yang tulus karena Allah, amal ibadah bisa gugur nilainya. Termasuk zakat. Zakat yang tampak seperti kebaikan di mata manusia bisa menjadi sia-sia di sisi Allah jika dilakukan dengan niat yang salah—baik karena riya, gengsi, atau pamrih tertentu.

Apa Itu Zakat?

Secara bahasa, zakat berarti bersih, suci, dan berkembang. Sedangkan secara istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim jika telah memenuhi syarat tertentu, untuk diberikan kepada golongan yang berhak (mustahik).

Zakat terbagi menjadi dua:

Zakat Fitrah: dikeluarkan menjelang Idulfitri, sebagai bentuk pembersihan jiwa.

Zakat Mal: dikeluarkan dari harta seperti emas, perak, perdagangan, hasil pertanian, dan lain-lain jika sudah mencapai nisab dan haul.

Pentingnya Niat dalam Menunaikan Zakat

1. Niat adalah Penentu Pahala

Dalam Islam, amal tidak hanya dinilai dari bentuknya, tapi dari tujuan dan maksudnya. Rasulullah ï·º bersabda:

Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.

(HR. Bukhari & Muslim)

Zakat yang benar bukan hanya yang diberikan kepada yang berhak, tapi juga yang diniatkan karena Allah semata.

2. Zakat Bisa Jadi Riya jika Salah Niat

Riya adalah memperlihatkan amal agar dipuji orang. Jika seseorang membayar zakat karena ingin dipandang dermawan, maka amalnya bukan hanya sia-sia, tetapi bisa menjadi dosa.

Celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, dan berbuat riya.”

(QS. Al-Ma’un: 4–6)

Tanda-Tanda Salah Niat dalam Zakat

  • Berzakat hanya ketika dilihat orang
  • Menyebut-nyebut bantuan atau merasa lebih tinggi dari penerima
  • Mengunggah pemberian zakat dengan motif pamer, bukan edukasi
  • Menjadikan zakat sebagai strategi pencitraan

Cara Menjaga Keikhlasan Saat Berzakat

1. Perjelas Niat Sebelum Memberi

Sebelum mengeluarkan zakat, ucapkan dalam hati: “Saya menunaikan zakat ini karena Allah, untuk menyucikan harta dan mendekatkan diri kepada-Nya.”

Langkah sederhana ini membantu hati untuk fokus pada tujuan ibadah, bukan urusan dunia.

2. Utamakan Kerahasiaan

Jika tidak ada keperluan untuk diumumkan, zakat lebih utama dilakukan secara diam-diam.

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu...”

(QS. Al-Baqarah: 271)

3. Jangan Merendahkan Penerima

Penerima zakat adalah bagian dari amanah syariat. Islam tidak mengizinkan pemberi zakat untuk merasa lebih tinggi atau merendahkan mustahik.

4. Berdoa Setelah Memberi

Setelah menunaikan zakat, mohonlah kepada Allah agar zakat diterima dan dijauhkan dari niat yang buruk.

Ya Allah, terimalah zakat ini sebagai bentuk penyucian hartaku dan ikhlaskan amal ini hanya karena-Mu.”

Zakat: Bukan Sekadar Angka, Tapi Bukti Ketundukan

Terlalu banyak orang menghitung zakat secara matematis, tapi lupa mempersiapkan hatinya. Padahal:

  • Zakat adalah bentuk syukur, bukan sekadar kewajiban.
  • Zakat adalah penghapus dosa, bukan alat untuk pamer.
  • Zakat adalah penguat ukhuwah, bukan pembeda status sosial.

Berzakatlah karena Allah, karena jika niatnya benar, sekecil apa pun zakat akan memiliki dampak besar di sisi Allah dan dalam kehidupan penerimanya.

Zakat yang benar bukan hanya soal berapa yang kita keluarkan, tapi kenapa kita mengeluarkannya. Niat adalah pondasi utama yang menentukan apakah amal itu diterima atau tidak. Jangan sampai zakat yang kita keluarkan berubah menjadi sia-sia hanya karena hati tidak lurus dalam melakukannya.

Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Allah dengan ikhlas, memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama...”

(QS. Al-Bayyinah: 5)

 

Semoga setiap rupiah zakat yang kita keluarkan menjadi cahaya, bukan hanya di dunia, tapi juga sebagai penolong kita di akhirat.